Monday, April 30, 2012

IPL Terancam Bangkrut

CaTaTaN: Slamet Oerip Prihadi
Indonesian Premier League (IPL) dan Divisi Utama PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) belum berjalan satu musim kompetisi, namun sudah ada klub yang kehabisan dana bahkan terbelit utang.


Sampai-sampai Persema dan Gresik United pun mogok di tengah jalan. Untuk menggelar partai home pun nggak bisa! Ini awal bencana!
Sebenarnya bukan rahasia lagi bahwa klub-klub Indonesian Premier League (IPL) setengah mati memperoleh dana. Hasil penjualan tiket langsung disetor ke Bank Saudara (milik Big Boss Arifin Panigoro). Karena itu, klub-klub tidak memiliki dana yang cukup, bahkan ada yang ngutang-ngutang untuk mendapatkan dana operasional.
Hal inilah yang tadinya tidak terpikirkan oleh kita semuanya, termasuk oleh manajemen klub IPL dan Divisi Utama LPIS. Berangkat dengan semangat reformasi yang meledak-ledak, tadinya kita sangat optimistis segalanya dipertaruhkan demi terciptanya kompetisi yang lebih berkualitas dan fair. Tujuan utamanya adalah melahirkan pemain-pemain Indonesia (bukan asing) yang lebih berkualitas.
Akan tetapi, yang terlihat kemudian kualitas kompetisi belum lebih baik. Belum lebih fair, karena kepemimpinan wasit IPL tidak istimewa. Tidak menyebabkan kita berdecak kagum.
Tanda-tanda awal kesulitan finansial sebenarnya sudah terasa sejak putaran I IPL belum digelar. Arek-arek Persebaya misalnya, nilai kontraknya berkurang 30 persen dibanding nilai kontrak musim 2010-2011. Waktu itu, sebenarnya, sudah tebersit kecemasan, jangan-jangan musim 2012-2013 berkurang 30 persen lagi, dan musim 2013-2014 berkurang 30 persen lagi, hingga tinggal 10 persen dari nilai kontrak musim 2010-2011. Kalau sudah begitu, otomatis Persebaya pun akan bangkrut (semoga tidak).
Manajemen PSM Makassar berontak ketika dana dari konsorsium tak kunjung cair, lantas mereka memutuskan untuk mencari dana sendiri saja. Gresik United pun berhenti di tengah perjalanan karena sudah tidak ada dana lagi. Ratusan juta rupiah uang pribadi manajemen telah terbelanjakan dan entah akan diganti atau tidak?
Salah seorang teman di Jakarta pernah berkata: “Biarkanlah para tokoh PSSI Djohar Arifin beraksi. Jangan dimusuhi dan jangan dilawan, karena mereka akan habis sendiri karena kehabisan peluru (dana).” Saat itu, tentu kami sama sekali tidak percaya. Namun dengan kejadian-kejadian akhir-akhir ini, kami pun teringat ucapan teman di Jakarta tadi.
Masalah inilah seharusnya yang dipikirkan dan diperjuangkan habis-habisan oleh Ketum PSSI Djohar Arifin Husin dan kabinetnya.
Apakah kendala besar itu yang menyebabkan banyak klub lebih suka ikut ISL dan PT Liga Indonesia?
Kini tiba saatnya untuk berpikir jernih dan jauh ke depan. Sebab, masalah ini sudah tidak berkaitan lagi dengan pasal legal atau illegal. Hal ini lebih menyangkut masalah tanggung jawab, kepercayaan publik, dan kesungguhan hati.
Mungkin sekarang inilah saatnya bagi kita untuk tidak terjebak pada dikotomi IPL dan ISL, PT Liga Prima Indonesia Sportindo dan PT Liga Indonesia. Pasalnya, yang dinilai oleh rakyat Indonesia saat ini adalah siapa yang lebih bertanggung jawab, konsisten dari tahun ke tahun bahkan dari dasawarsa ke dasawarsa!
Semoga kecemasan ini tidak berlarut. Semoga ketidakpastian ini segera berakhir. Sepak bola memang bukan hal yang murah dan mudah. Inilah pelajaran yang paling berharga bagi kita semua.
Bila kita semua balik ke semangat para leluhur: rukun agawe santoso (rukun membuat kesentosaan), tidak pecah belah seperti sekarang ini, seberat apapun tanggungan dan problem yang menghantam, insya Allah akan ada jalan ke luar terbaiknya.
Kami sama sekali tidak berniat memojokkan salah satu kubu. Kami hanya membaca tanda-tanda yang sangat mencemaskan. Bagaimana nasib Persema, Gresik United, tokoh-tokoh bola di Malang dan Gresik, dan seluruh pemain serta ofisialnya. Sungguh, ini sebuah kenyataan yang pahit!*

No comments:

Post a Comment